Heavy Cargo Transportation
Di Indonesia ada banyak alat transportasi darat untuk mengangkut heavy lift cargo dan oversized cargo, antara lain flatbed trailer, lowbed trailer, dolly, slidingbed trailer, logging trailer, multi axle trailer atau hydraulic plaform tariller, self propeller modular trailer atau SPMT, dan kereta api. Sedangkan sarana transportasi air/laut di Indonesia banyak ditemukan dengan menggunakan kapal tongkang, ballastable barge, landing craft tank (LCT), self propeller barge (SPB), breakbulk vessel, heavylift vessel, dan semi sub-mersible vessel. Untuk di angkutan udara yang sering dipakai dan mendarat di wilayah Indonesia adalah dengan pesawat Hercules C-130 milik TNI-AU, Cargo Freighter B-737, Ilyushin IL-76, dan Antonov AN-124.
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penetuan tipe alat transportasi heavy cargo biasanya adalah urgensitas terhadap project schedulle, berat barang, kubikasi cargo, ukuran dimensi, volume barang terhadap ketersediaan tempat, biaya total, serta peraturan pemerintah. Proses pemilihan alat transportasi bisa diawali dari permintaan dari pemberi kerja, atau usulan dari penyedia jasa transportasi.
Urgensi atau sesuatu yang mendesak; dalam hal ini dapat diartikan sebagai pentingnya nilai barang untuk tiba secara tepat waktu di lokasi agar project schedule bisa terpenuhi. Jika situasi seperti ini terjadi maka pemberi kerja bisa mengambil keputusan untuk menggunakan moda transportasi yang paling cepat, misalnya melalui jalur udara untuk mendatangkan barang tersebut ke dalam negeri.
Ketika barang cargo yang dibutuhkan tidak dalam keadaan mendesak atau dibutuhkan secara cepat maka, perusahaan akan mempertimbangkan faktor-faktor selanjutnya yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi seperti berat barang, volume barang, dan dimensi barang. Sebagai catatan, berat barang yang akan didatangkan juga sangat mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk kegiatan pengiriman tersebut sehingga, pengukurannya juga sangat penting untuk diketahui sebelum proses pengiriman.
Pada pilihan moda transportasi melalui jalur laut atau menggunakan kapal, volume barang juga sangat dipertimbangkan besar kecilnya. Pengiriman melalui jalur laut dapat menggunakan dua cara diantaranya menggunakan regular vessel yang jadwalnya sudah pasti atau menggunakan tramper vessel yang waktu pelayarannya bisa disesuaikan oleh penyewa. Contoh regular vessel di Indonesia adalah kapal-kapal container, kapal RORO milik NYK Lines, dan beberapa kapal breakbulk vessel seperti milik Rickmers Linie yang sering singgah di Indonesia.
Pemilihan moda transportasi pengiriman heavy cargo pada dasarnya tidak bisa bisa hanya melihat dari satu faktor saja namun menyesuaikan antara satu dan yang lainnya karena faktor-faktor pertimbangan tersebut saling mempengaruhi. Selain volume barang, berat barang, ukuran barang yang akan dikirim mempengaruhi penilaian perusahaan terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi saat dalam perjalanan. Pada dimensi barang yang besar, perusahaan akan mempertimbangkan penggunaan tongkang, ballastable barge, atau LCT untuk pengiriman cargo tersebut. Tidak jarang juga yang menggunakan heavy lift vessel, dan semi sub-mersible vessel seperti pengiriman port crane, anjungan lepas pantai, dan barang lain untuk pembangkit.
Pemilihan tipe alat transportasi juga mempertimbangan faktor eksternal seperti peraturan pemerintah yang tidak memperbolehkan angkutan heavy cargo lewat jalur darat, sehingga banyak aturan yang harus dihadapi dan ini juga akan menimbulkan biaya tinggi. Dengan pertimbangan ini maka bisa jadi barang yang semula bisa lewat jalur darat, akahhirnya harus dikirim melalui jalur laut, atau jalur air lainnya sehingga sampai di jetty terdekat dengan lokasi proyek.
Heavy cargo juga bisa diangkut dengan menggunakan sarana kereta api, seperti pengiriman plat besi koil, atau pengiriman pipa panjang 12 meter – 18 meter. Di belahan negara lain, seperti di beberapa negara eropa atau diberapa negara bekas Uni Sovyet pengiriman project cargo sering dilakukan dengan menggunakan kereta api.
Penggunaan moda kereta api biayanya sangat ekonomis namun terbentur dengan beberapa obstacles di Indonesia seperti jalur kereta api yang masih rapat, tinggi jembatan kurung, lintasan rail kereta api yang terkadang masih dekat dengan bangunan di sekitar rail, kabel, pohon, dan lain-lain. Berbeda dengan negara-negara seperti di Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan, Azerbaijan, Russia yang bisa melakukan pengiriman project cargo sampai ke negara negara eropa barat bahkan sampai ke negara-negara teluk persia.
Di negara Amerika Serikat, pengiriman project cargo juga bisa menggunakan jalur kereta api sebagai alternatif pengiriman dengan menggunakan truk trailer atau Multi-axle. Di Indonesia, kemungkinan besar ini juga bisa diwujudkan, mengingat saat ini jalur kendaraan truk sudah banyak sekali hambatannya, mulai dari banyaknya jalan simpang atas (flyover), jembatan penyeberangan orang, kepadatan dan kemacetan jalur yang bisa menjadi semakin parah jika ada kegagalan dalam tranportasi barang seperti ini. Diharapkan kedepannya pemerintah Indonesia bersama tim ahli dibidang perkereta-apian untuk mendesain agar alternatif pengiriman heavy cargo atau project cargo ini bisa melalui rel kereta api.
Faktor biaya pada kegiatan pengiriman heavy cargo diketahui bukan hanya terdiri dari harga atau tarif pengiriman barang pada moda transportasi saja namun, juga menghitung biaya total yang terdiri dari pengurusan dokumen pada masing-masing moda transportasi, bea masuk, biaya pelabuhan, penumpukan, pajak yang harus dibayarkan, dan biaya handling lainnya. Semuanya harus dihitung secara bersama-sama untuk mengetahui berapa biaya total yang harus dibayarkan pada penggunaan salah satu alat bantu angkut dan mengetahui moda transportasi apa yang memiliki biaya total pengiriman barang yang lebih ekonomis. Kobinasi tipe alat angkut atau alat angkat juga akan mempengaruhi seleksi metode penggunaan tipe transportasi apa yang paling effisien dan terjangkau. Semua kombinasi alternatif pemilihan alat transportasi maupun alat angkat harus ditimbang masak-masak sebelum memperikan commercial proposal atau penawaran terhadap klien.